Senin, 04 Maret 2019

Simak Kisah Usaha Kertas Tahun Baru Imlek yang Mulai Ditinggalkan di China

Kertas Tahun Baru Imlek jadi sisi khusus untuk masyarakat China. Upaya ini udah dijalankan dari generasi ke generasi, tetapi saat ini mulai dibiarkan.

Kota Weifang di Propinsi Shandong , China jadi daerah yang eksotis untuk turis domestik. Situasi kotanya yang tenang serta romantis acapkali jadi pilihan favorite banyak pasangan untuk berfoto prewedding.

Seperti kala disinggahi detikTravel berbarengan Dwidaya Tur minggu terus, kota ini demikian menyenangkan. Masuk ke musim dingin, kota ini malahan tambah romantis dengan guguran daun pohon dedalu.

Baca Juga : Harga Tiket Kapal Cepat Bahari Express Jepara-Karimunjawa

Tidak jauh dari kota, ada satu legendaris bernama Yangjiabu. Desa ini dulunya ditinggali oleh keluarga China bermarga Yang. Saat ini desa ini dibikin jadi daerah wisata dengan grade AAAA.

Dari desa berikut dahulu lahir layangan pertama serta kertas Tahun Baru di China. Upaya ini selalu diteruskan dari generasi ke generasi. Satu diantaranya pekerja Kertas Tahun Barunya bernama Yang Mei Jie.

Yang Mei Jie lahir tahun 1963, saat ini usianya 65 tahun. Yang Mei mulai menyambung upaya ini sejak mulai umur 20 tahun. Bila dihitung, Yang Mei udah mengabdi saat seputar 40 tahunan.

Ini membuat demikian cekatan dalam pembuatan Kertas Tahun Baru. Dia bisa melakukan 100 kertas dengan 6 kali diulangi proses pewarnaan dalam satu hari. Bila ditotal, Yang Mei melakukan 600 kali proses pewarnaan. Wah!

Kala itu cuma Yang Mei yang kelihatan kerja di workhop Kertas Tahun Baru Yangjiabu. 2 Orang yang lain tengah cuti.  Yang Mei kelihatan demikian luwes dalam memutar serta memberikan warna Kertas Tahun Baru.

Dalam kesehariannya, Yang Mei kerja dari pagi sampai malam untuk penghabisan tahun. Tetapi pada hari biasa, Yang Mei cuma kerja 1/2 hari.

Kawan pengrajin yang lain lantas demikian. Musti tengah libur, didapati jika pengrajin yang lain berusia tidak jauh dari Yang Mei.

" Dapat disaksikan semua pekerja di sini, pengrajin Kertas Tahun Baru serta layangan kebanyakan merupakan orang-tua, " tutur Dennis dari China Internasional Travel Service (CITS) .

Soal ini disebabkan sangatlah jarang pemuda yang pengen menyambung upaya ini. Kebanyakan pemuda dari desa ini akan keluar kota untuk mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan.

Kondisi ini bukan perihal yang baru. Hingga semakin kemari, Desa Yangjiabu cuma di isi oleh beberapa orang tua.

Artikel Terkait : Harga Tiket dan Jadwal Kapal Ferry Batam – Malaysia

" Banyak pemudanya ingin pekerjaan yang lebih baik ke kota, kebanyakan Beijing atau Shanghai, " jelas Dennis sebagai penerjemah.

Dibalik perebutan grade pariwisata yang ketat, Desa Yangjiabu mesti masih bertahan serta mulai dibiarkan oleh generasi muda.

Semua dari hasil penjualan Kertas Tahun Baru dikembalikan untuk pelestarian desa wisata. Mereka menjualnya langsung atau lewat pemasaran ke bermacam kota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar